16 Mar 2014

Dari Nabire Ke Paniai, Dari Paniai Ke Mimika

Minggu, 7 Juli 2012 saya dengan teman-teman melakukan perjalanan dari Kabupaten Nabire menuju ke Kabupaten Paniai. Biasanya Nabire-Paniai di tempuh dengan mobil dalam waktu sekitar 8-9 jam. Pada saat itu kami 10 orang dengan mencarter 2 mobil (Mitsubishi Pajero & Toyota Fortuner). Tak seperti biasanya, pada saat itu dalam perjalanan kami mengalami banyak masalah. Belum sampai Kilo 100 (tempat istirahat yang berjarak 100Km dari Nabire) kami sudah mendapat palang dari masyarakat setempat dengan alasan hewan ternak mereka mati karena tertabrak mobil, dan setiap kendaraan yang lewat harus membayar 50 ribu rupiah sebagai denda atas tertabraknya hewat mereka. Pada saat itu mobil yang saya tumpangi berhasil lolos, tapi mobil satunya tidak bisa lolos dan harus membayar 50 ribu.

Setelah kami melanjutkan perjalanan, dan tak lama kemudian mobil didepan kami dari arah Nabire semua berhenti dengan alasan adanya orang mabuk dan memalang jalan. Setelah menunggu cukup lama, kami memberanikan diri untuk melewatinya pelan-pelan, ternyata ditempat tersebut tidak ada palang dan tidak ada orang mabuk, dan kami pun melanjutkan perjalanan. Ketika hampir sampai di Kilo 100, kami mencium bau kampas rem yang terbakar dari mobil orang lain yang berada di depan kita. Tak lama kemudian mobil yang berada di depan tersebut mengalami kecelakaan karena rem blong, sehingga mobil as rodanya patah dan terguling. Mobil kami pun langsung berhenti dan menolong mereka, dan dalam kejadian tersebut untungnya tidak terdapat korban jiwa. Setelah semua baik-baik saja kami pun melanjutkan perjalanan menuju Kilo 100 untuk beristirahat.
 Mobil yang terbalik karena kecelakaan

 Pada saat kecelakaan mobil berada di tengah jalan

 Proses mendorong mobil agar tidak menghalangi jalan

 Korban kecelakaan mobil terbalik

 Rest Area di Kilo 100

Setelah selesai istirahat di Kilo 100, kami pun melanjutkan perjalanan lagi ke Paniai. Dalam perjalanan ketika keluar dari Moanemani (Ibukota Kab. Dogiyai), kami kembali mendapat palang lagi, tetapi kami berhasil lolos dan tidak kena bayaran. Sekitar Pukul 21:00 WIT kami sampai di Enarotali (Ibukota Kabupaten Paniai), sesampainya disana kami langsung beristirahat untuk melanjutkan perjalanan dari Enarotali (Paniai) ke Timika (Ibukota Kab. Mimika) dengan menggunakan pesawat Trigana Air.
 Perjalanan Nabire-Paniai beberapa kali harus menyeberangi sungai

Keesokan harinya Senin, 8 Juli 2012 kami bersiap-siap untuk perjalanan dari Enarotali-Timika, pada saat itu biaya pesawat dari Enarotali-Timika dengan harga Rp. 1.600.000/orang. Pada saat pesawat mau turun di Enarotali semua personil TNI-AU dengan bersenjata lengkap segera mengamankan landasan bandara dengan alasan untuk keamanan. Sekitar pukul 10:00 WIT pesawat Trigana Air mendarat di bandara Enarotali. Setelah semua penumpang turun, kami pun di panggil satu persatu untuk naik ke pesawat. Sekitar pukul 10:30 WIT pesawat berangkat, waktu tempuh antara Enarotali-Timika kurang lebih sekitar 50 menit. Setelah sampai Timika, ternyata jarak antara Enarotali-Timika tidak lebih dari 100 Km jika ditarik garis lurus dengan menggunakan GPS. Bisa dibayangkan dengan jarak kurang 100 Km cukup mahal dengan harga tiket pesawat 1,6 juta, karena jalur darat antara Enarotali-Timika belum dapat ditembus, maka tidak ada pilihan lagi selain menggunakan jalur udara.
 Burung Nuri salah satu burung endemik Papua

 Burung Nuri yang sudah mulai jinak

 Pada saat menunggu pesawat di bandara Enarotali

 Pesawat yang mendarat di bandara Enarotali dengan penjagaan TNI-AU

 Pesawat Trigana Air

Dalam perjalanan, apapun tujuan dan pilihannya yang terpenting adalah kita masih diberikan keselamatan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semoga Tuhan selalu senantiasa memberikan kelancaran dan keselamatan bagi kita semua. Amiieeennnn ya Allah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar